REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah
Asesmen Pembelajaran SD
Dosen Pengampu : Drs. Ali, M.Pd
Disusun Oleh :
Maryanti Nengsih. As (1401512003)
Alviona C. D. Dien (1401512015)
Ronny Smas
(1401512027)
Leja Sopia Kandai (1401512031)
Rombel PPGT
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam melaksanakan pembelajran, selalu saja
kita temukan berbagai kelemahan, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan,
maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar, selalu ada kelemahan
disana-sini. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui
bagian-bagian atau aspek-aspek mana dari pembelajaran yang kita lakukan masih
salah atau lemah. Refleksi sebagai aktivitas untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran mempunyai rangkaian sub aktivitas. Refleksi terhadap proses dan
hasil pembelajaran dimulai dari analisis tingkat keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa, evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah kita lakukan,
identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
bersama-sama pihak terkait, merancang upaya optimalisasi proses dan hasil
belajar.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
cara menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar?
2. Bagaimana
cara melakukan evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan?
3. Bagaimana
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan?
4. Bagaimana
merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar?
C.
TUJUAN
1. Untuk
dapat menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa;
2. Untu dapat melakukan evaluasi diri terhadap
proses belajar yang telah dilakukan;
3. Untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait;
4. Untuk
dapat merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KRITERIA
KEBERHASILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1. Pengertian
Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar dan Cara Menganalisisnya
Perlunya dilakukan aseesmen dalalm
pembelajaran adalah untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa,, baik selama
ataupun setaleh siswa mengikuti pembelajaran tertentu. Untuk
memahami pengertian keberhasilan proses belajar, hasil belajar, dan keterkaitan
antara proses dan hasil belajar, perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian
masing-masing istilah tersebut.
2. Keberhasilan
Proses Belajar
Secara sederhana keberhasilan proses
belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti suatu pembelajaran,
keberhasilan proses belajar sisiwa tersebut dapat dilihat melalui pengamatan
keaktifan siswa dalam bekerjasama atau wawan cara tentang kesulitan-kesulitanyang
dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.Selama proses pembelajaran berlangsung, kita dapat
mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran, apakah siswa
kita dapat bekerjasama dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Keberhasilan-keberhasilan
siswa merupakan keberhasilan proses belajar. keberhasilan proses belajar siswa
ditunjukkan oleh kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil asesmen kita
terhadap kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran.Untuk
memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, kita dapat
menggunakan berbagai cara, misalnya mengamati keaktifan siswa dalam bekerjasama,
atau wawancara tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti
pembelajaran.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan
kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan proses belajar siswa.
Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria
tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat
kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif,
aktif, sangat aktif adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk
menilai kinerja siswa. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria untuk
mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana.
3.
Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
Di samping keberhasilan proses belajar,
keberhasilan siswa juga dilihat dari keberhasilan hasil belajar yaitu
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Keberhasilan
siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan
keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep
tertentu, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki
keterampilan atau kemahiran tertentu.
Keberhasilan siswa diklasifikasikan kedalam
tiga ranah yaitu
1. domain kognitif
(pengetahuan
atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika),
2. domain afektif
(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi,
dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor
(keterampilan
atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Dari
hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari
hasil belajar siswa.
Dari hasil penilaian terhadap hasil
belajar siswa, dapat mengetahui keberhasilan dari hasil belajar siswa. Sebagai
guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk
keberhasilan hasil kinerja. siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan
penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu.
Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik;
atau kurang terampil, cukup terampil, terampil, sangat terampil adalah contoh
tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai hasil kinerja siswa. Bahkan,
tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya: menguasai, tidak
menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu membuat
kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada. Untuk
mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap
(komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah
cukup. Kita dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang
dinilai sebagaimana ada pada bagan berikut.
4.
Analisis Keberhasilan Siswa Berdasarkan
tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita buat beserta
kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita berada.
Misalnya bahwa tingkat tingkat keberhasilan siswa adalah : sangat kurang,
kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria
yang kita tetapkan misalnya sebagai berikut.
• Tingkat ”sangat kurang” jika: skor hasil tes
siswa < 20,
• tingkat ”kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa
< 40,
• tingkat ”cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa
< 60,.
• tingkat ”baik”, jika 60 <skor hasil tes siswa <
80,
• tingkat ”sangat baik”, jika skor hasil tes siswa >
80.
• Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil
(dari aspek hasil belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada
tingkat baik.
• Siswa A dengan skor hasil belajar 65 adalah siswa yang
berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum berhasil.
• Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat
keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif.
Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
¢ Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa <
35,
¢ tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan <
70,
¢ tingkat aktif, jika skor keaktifan siswa > 70.
¢ Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil
(dari aspek proses belajarnya) jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada
cukup aktif. Siswa C dengan skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan
siswa B dengan skor 30 tidak/belum berhasil.
Apakah
siswa yang berhasil dari aspek proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil
belajarnya. Bagaimana kalau misalnya terjadi sebaliknya, seorang siswa berhasil
dalam proses belajar tetapi tidak berhasil pada aspek hasil belajarnya. Atau,
seorang siswa yang gagal pada proses belajarnya tetapi berhasil dalam aspek
hasil belajarnya. Menurut pendapat
Anda, mungkinkah pertanyaanpertanyaan tersebut terjadi? Kalau mungkin, apakah
ada yang salah dengan asesmen yang kita lakukan? Ataukah Anda mempunyai
penjelasan yang lain tentang kedua kategori keberhasilan ini (keberhasilan
proses dan keberhasilan hasil)?
¢ Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses
dan hasil belajar siswa.
¢ Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan
terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai hasil kinerja siswa (proses belajar).
¢ Kita gunakan skor hasil tes formatif dan skor hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar
siswa.
¢ Kemudian kita menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan
proses dan hasil belajar siswa.
¢ Contoh hasil kinerja dan hasil belajar serta gabungan
keduanya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.
Keterangan :
• Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil
pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam:
a) mengerjakan tugas/LKS,
b) mengajukan atau menjawab
pertanyaan, dan
c) menyimak penjelasan guru
teman atau guru.
• Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2.
kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk aktif dan 5 untuk sangat aktif.
• Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada 8
kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8
x 1 = 8.
¢ Kriteria yang digunakan adalah:
¢ ”Sangat aktif” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
¢ ”Aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
¢ ”Cukup aktif” bila : 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
¢ ”Kurang aktif bila : skor keaktifan siswa ≤ 16
Keterangan :
• Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan
sebagai hasil penguasaan siswa terhadap topik tertentu yang telah diajarkan
oleh guru.
• Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut
adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
• Kriteria yang digunakan adalah:
• ”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤
100
• ”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
• ”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
• ”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤
55
• ”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
Keterangan :
• Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas
dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari skor pemenuhan tugas dan skor praktek.
• Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut
adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
• Kriteria yang digunakan adalah :
• ”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤
100
• ”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
• ”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
• ”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤
55
• ”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40
• Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat
diketahui bahwa Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk
siswa yang berhasil.
• Wayan cukup berhasil dari sisi proses dan hasil
belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada sisi hasil
belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil
belajarnya.
• Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan
berbagai pemaknaan (interpretasi) yang masuk akal.
• Mungkinkah
hasil belajar yang kurang dari Simon disebabkan oleh kurang aktifnya Simon
selama mengikuti proses pembelajaran Mungkinkah hasil belajar Tantri dapat
ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik) dengan jalan meningkatkan
keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang lain?
B. Evaluasi-Diri Terhadap Proses
Pembelajaran Yang Telah Dilakukan
1.
Pengertian dan Pentingnya Evaluasi diri terhadap Proses Pengajaran
Mengetahui
sesegera mungkin kelemahan-kelemahan yang kita lakukan dalam melaksanakan
pembelajaran merupakan kebutuhan setiap guru dan seyogyanya menjadi sebuah
tradisi untuk memperbaiki diri. Bagi
kita yang belum terbiasa menilai hasil kerja (pengajaran) kita sendiri mungkin
tidak mudah mengetahui kelemahan yang ada. Sekali waktu mungkin ada bantuan
orang lain atau bahkan siswa kita sendiri untuk menilai hasil kerja kita itu,
namun melatih diri untuk menilai sendiri hasil kerja merupakan upaya yang
sangat bijaksana untuk memperoleh perbaikan dari waktu ke waktu
1. Pengertian
Evaluasi Diri Evaluasi diri
Adalah
aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang kita lakukan.
Sebagai guru, melakukan evaluasi diri merupakan aktivitas yang penting karena
dua alasan. Pertama, kita ingin
memperbaiki kualitas pengajaran kita. Kedua,
kita tidak terlalu berharap banyak pada orang lain (guru lain) untuk mengamati
proses pengajaran yang kita lakukan.
Evaluasi diri merupakan
bagian penting dalam aktivitas pembelajaran untuk memahami dan memberi makna
terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran
yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan-perbaikan. Dalam melakukan evaluasi diri, prinsip-prinsip yang
hendaknya kita gunakan adalah: kejujuran, kecermatan, dan kesungguhan. dengan
mengetahui kelemahan yang kita lakukan, kita dapat memperbaiki diri. Orang
bijak bilang, pengalaman adalah guru yang paling baik. Guru yang baik adalah
guru yang banyak belajar dari pengalaman. Aktivitas evaluasi diri membutuhkan
kesungguhan dankesabaran. Melakukan pencermatan atas informasi yang ada dan
kemudian melakukan refleksi dan refleksi lagi jelas membutuhkan kesungguhan dan
kesabaran. Dengan membiasakan diri melakukan evaluasi diri, maka akan menjadi
tradisi yang baik dalam proses memperbaiki kualitas pengajaran kita.
2. Melakukan
Evaluasi Diri
Dalam menilai sendiri keberhasilan
pengajaran, kita membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang telah kita lakukan.
Informasi dimaksud dapat berupa hasil penilaian terhadap proses belajar siswa,
hasil belajar siswa, hasil angket yang kita berikan kepada siswa, atau hasil
wawancara kita dengan siswa. Informasi-informasi berupa hasil pengukuran
tersebut di atas selanjutnya perlu dianalisis. Proses analisis dimulai dari
menilai hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian kita tetapkan
tingkat keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan kriteria
keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil atau tidaknya aspek-aspek
yang dinilai tersebut. Proses selanjutnya
adalah memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Makna
yang dapat diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa dan makna yang dapat
diperoleh dari kegagalan hasil belajar siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan mengapa kegagalan
itu bisa terjadi. Mengapa siswa-siswa kita memberikan respon negatif atas
pelaksanaan pembelajaran yang kita lakukan, mengapa proses belajar siswa
berjalan tidak sesuai harapan, demikian pula mengapa hasil belajar siswa justru
menurun dari periode sebelumnya, dan lain sebagainya. Selanjutnya kita dapat
memberikan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk
identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.Melakukan
evaluasi diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup bila hanya
mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang lebih
mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi
diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai, dijelaskan
dan kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan
Misalkan
kita ingin melakukan evaluasi diri pada pembelajaran yang telah kita
lakukan.Dalam mengevaluasi diri, disamping mendasarkan diri pada hasil belajar
siswa (proses dan hasil) kita juga perlu melengkapinya dengan respon siswa
terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti.Apabila ada pihak-pihak lain yang
ikut membantu, pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita
lakukan akan semakin melengkapi informasi yang kita perlukan. Tentu saja untuk
tujuan pengamatan tersebut harus dipersiapkan terlebih dulu lembar
pengamatannya. Pada contoh berikut hanya disajikan cara melakukan evaluasi diri
berdasarkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang mereka ikuti.
Contoh
hasil belajar (proses dan hasil), respon siswa, cara memberikan pemaknaan
(interpretasi) serta pemberian penjelasannya adalah sebagai berikut.
Dari
hasil penilaian pada tabel 7.5, dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan siswa cukup baik. Hasil belajar siswa dari skor tes
formatif kurang baik dan hasil belajar dari skor tugas dan
praktek cukup baik. Secara umum, hasil belajar siswa masing tergolong kurang
baik. Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang
berhasil. Simon, Yoga, dan Marni tergolong siswa yang selain kurang aktif di
kelas, mereka juga mendapatkan hasil belajar yang kurang baik.
Menarik
adalah fenomena skor yang
diperoleh Rini dan Tantri. Tantri hanya cukup aktif dari
sisi
proses, namun berhasil pada sisi hasil belajar. Bahkan Rini yang kurang
aktif dari proses belajarnya, namun
baik pada sisi hasil belajarnya.Dari hasil penilaian
itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interpretasi) yang masuk
akal. Dari informasi pada tabel, dapat dimaknai bahwa walaupun keaktifan siswa
sudah cukup baik (aktif), namun hasil belajar siswa, baik dari segi penguasaan
materi maupun dari tugas praktek masih belum baik.
Secara
umum, juga dapat diketahui, bahwa hasil-hasil belajar siswa yang kurang baik
dipengaruhi oleh proses belajar mereka yang kurang baik. Artinya, proses
belajar yang kurang baik akan menyebabkan hasil belajar yang kurang baik pula.
Hasil belajar dapat ditingkatkan
dengan jalan meningkatkan kinerja (proses belajar) siswa. Hasil
belajar Rini dan Tantri mungkin dapat didongkrak naik menjadi sangat baik bila
keaktifan mereka di kelas (selama mengikuti pembelajaran) dapat ditingkatkan.
Seperti
telah diuraikan di atas, untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang kinerja
pembelajaran yang kita lakukan, kita memerlukan informasi hasil belajar siswa
(proses dan hasil) dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka
ikuti.Contoh hasil rekapitulasi respon siswa diuraikan berikut ini.Guru dapat
meminta siswa untuk merespon tentang:
1)
sulit/tidaknya memahami perangkat
pembelajaran yang ada (Buku Siswa dan LKS) dan penjelasan guru,
2)
senang/tidaknya selama mengikuti
pembelajaran, dan
3)
termotivasi/tidaknya siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Angket respon siswa dapat disusun
sehingga bersifat setengah terbuka, artinya selain memberikan jawaban ya/tidak, siswa dapat memberikan
penjelasan mengapa ya atau mengapa menjawab tidak. Dengan
memberikan respon secara tertulis, kita dapat mengetahui secara lebih baik
mengapa mereka senang atau mengapa mereka tidak senang atas aspek pembelajaran
tertentu.Misalkan kita
memberikan angket yang berisi 10 butir pertanyaan. Kita meminta
setiap siswa untuk memberikan respon mereka terhadap berbagai aspek
pembelajaran yang ingin kita ukur melalui 10 pertanyaan tersebut. Misalkan
hasil rekapitulasi respon siswa adalah sebagai berikut.
Nomor
butir
|
Jenis respon (%)
|
||||||||
Positif
|
Netral/tak
menjawab
|
Negatif
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
1
|
23
|
76
|
1
|
4
|
6
|
20
|
|||
2
|
10
|
34
|
-
|
-
|
20
|
66
|
|||
3
|
24
|
80
|
-
|
-
|
6
|
20
|
|||
4
|
21
|
70
|
-
|
-
|
9
|
30
|
|||
5
|
16
|
53
|
-
|
-
|
14
|
47
|
|||
6
|
12
|
40
|
-
|
-
|
18
|
60
|
|||
7
|
21
|
70
|
-
|
-
|
9
|
30
|
|||
8
|
28
|
93
|
-
|
-
|
2
|
7
|
|||
9
|
20
|
76
|
-
|
-
|
10
|
34
|
|||
10
|
26
|
86
|
-
|
-
|
4
|
14
|
|||
Rerata
|
21,26
|
60
|
0,14
|
1
|
8,60
|
39
|
|||
Keterangan
:
Misalkan
butir 1 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap sulit/tidaknya
Buku Siswa yang digunakan, butir 2 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa
terhadap sulit/tidaknya LKS yang digunakan, butir 3 tentang sulit/tidaknya guru menyampaikan materi. Butir 4 adalah pertanyaan yang
meminta respon siswa terhadap suka/tidaknya terhadap kerja
kelompok yang diberikan, butir 5 tentang suka/tidaknya terhadap bimbingan guru,
butir
6 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap suka/tidaknya terhadap
suasana belajar di kelas. Sedangkan butir 7, 8,
9, dan 10 tentang termotivasi/tidaknya siswa terhadap berbagai aspek
pembelajaran.Tabel 7.6,
dapat diketahui bahwa rerata persentase respon positif
siswa
sebesar 60%, Dapat pula di maknai (interpretasi) bahwa sebanyak 60% siswa
memberikan respon baik pada pembelajaran yang telah kita lakukan.
Sementara
itu, masih banyak siswa (39%) yang merespon kurang baik pada pembelajaran yang
telah kita lakukan.Dari tabel 7.6, kita temukan pula bahwa pada butir 2 dan 6,
lebih banyak siswa yang memberikan respon negatif dibandingkan dengan yang
memberikan respon positif.
Demikian
pula, pada butir 5, banyaknya siswa yang memberikan respon positif hampir sama
dengan banyaknya siswa yang merespon negatif.Kita dapat mengecek kembali aspek
yang ingin kita ungkap dari butir 2, 5 dan 6 tersebut.Kita dapat melacak alasan
yang mereka kemukakan terkait dengan respon negatif yang mereka berikan.Kita
dapat memaknai bahwa ada yang kurang berhasil dari pembelajaran yang kita lakukan.
Empat puluh persen adalah jumlah yang cukup banyak. Oleh
karena itu tidak cukup alasan dan sulit diterima untuk mengatakan bahwa
pembelajaran kita nilai berhasil. Di samping itu, kita juga dapat memberi makna
bahwa ada kegagalan pada aspek tertentu pada pembelajaran kita. Hal ini dapat
diDari contoh tsb, kita dapat memberikan berbagai penjelasan sebagai
berikut.Secara umum, pembelajaran yang kita lakukan masih belum berhasil. Hal
ini terlihat dari rerata hasil belajar yang kurang baik dan respon negatif
siswa yang tinggi.Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan.cermati dari
besarnya respon negatif yang diberikan siswa pada butir 2, 5 dan 6 di atas. Tentu
saja, ada aspek-aspek yang sudah berhasil dan ada aspek-aspek tertentu yang
belum berhasil. Pada aspek yang sudah baik perlu tetap dipertahankan, bahkan
kalau perlu dimantapkan. Sedangkan pada aspek-aspek yang belum baik perlu
dicari penyebabnya dan dilakukan upaya untuk memperbaikinya (remidi).Secara umum, ada korelasi positif antara hasil belajar
proses dan hasil belajar produk.Karena itu, dengan meningkatkan kualitas kinerja
siswa (seperti misalnya peningkatan keaktifan siswa) kita
harapkan akan meningkat pula hasil belajar siswa.Dari butir 2, 5, dan 6 pada
tabel, nampak bahwa respon negatif siswa terhadap pembelajaran yang kita
lakukan masih tinggi. Kita segera mengetahui bahwa siswa banyak yang merasa
sulit memahami LKS yang digunakan, merasa tidak suka pada bimbingan yang dilakukan guru, dan tidak suka pula
pada suasana belajar dalam kelas itu. Jika perlu kita lacak
alasan mereka menolak (memberikan respon negatif) pada butir-butir itu. Hasil
pelacakan kita berdasarkan respon-respon itu akan memandu kita pada penemuan
aspek-aspek pembelajaran yang masih gagal kita laksanakan dan mengapa kegagalan
itu terjadi.Informasi yang dipakai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi
diri, hanya terbatas pada informasi yang berasal dari siswa. Informasi lain
yang berasal dari pengamat (mungkin guru serumpun) akan sangat membantu dalam
mendapatkan evaluasi diri yang lebih tajam dan menyeluruh.
Berikut
ini adalah contoh lembar pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang
kita lakukan.
Tabel 7.7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Tanggal
:……………………
Kelas
:……………………
Pert
ke- :……………………
Nama
Guru :……………………
Petunjuk
:
Berilah tanda check (√)
pada tempat yang disediakan sesuai dengan hasil pengamatan Bapak/Ibu. Berikan
tanda chek pada kolom kurang bila guru kurang baik dalam melaksanakan komponen terkait, berikan tanda chek pada
kolom cukup bila guru cukup baik dalam melaksanakan komponen terkait, demikian
pula berikan tanda chek pada kolom baik bila guru baik dalam
melaksanakan komponen terkait.
Langkah-langkah
evaluasi diri dapat dibagankan sebagai berikut
C.
Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan dalam Pembelajaran
1. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung
Keberhasilan
Berdasarkan
faktor-faktor penyebab kegagalan yang berhasil kita identifikasi, kita
merencanakan upaya-upaya perbaikan (remidi). Dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajaran, kita akan merencanakan upaya-upaya untuk untuk memantapkan
faktor-faktor pendukung keberhasilan itu. Dengan
kata lain, upaya-upaya pemantapan yang kita rencanakan perlu didasari
faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita simpulkan dari proses
evaluasi diri.
2. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab
Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
Identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan
sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana
dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan guru lain yang mengajar bidang
studi yang serumpun. Agar identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan akurat, maka informasi yang diperoleh dari penilaian,
analisis hasil penilaian, pemaknaan, dan pemberian penjelasan haruslah akurat
pula.Dengan kata lain, ketepatan dalam mengidentifikasi faktor penyebab
kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan ditentukan oleh ketepatan kita
dalam melaksanakan proses evaluasi diri sebelumnya.Proses identifikasi
faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan oleh diri sendiri memiliki
berbagai keterbatasan.Keterbatasan dimaksud antara lain adalah kurang cermat
dalam menganalisa hasil penilaian,kurang
tepat memaknai dan menjelaskan hasil-hasil penilaian itu.Oleh karena itu,
kehadiran orang lain yang paham tentang pembelajaran akan
sangat membantu dalam proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan
faktor pendukung keberhasilan tersebut. Kehadiran pihak-pihak terkait, termasuk
guru lain yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, misalnya, akan
sangat membantu dalam menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang
telah kita lakukan.Kita memerlukan guru lain untuk mencermati proses
pembelajaran yang kita lakukan,
mendiskusikannya, menemukan makna dan menjelaskannya. Termasuk
didalamnya menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan.Misalkan kita ingin mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung
keberhasilan berdasarkan informasi yang kita peroleh dari: (1) hasil belajar
siswa (proses dan hasil), seperti pada Tabel 7.1, (2)
respon siswa, seperti pada Tabel 7.2, dan (3) hasil
pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran, seperti pada Tabel 7.8
berikut.
Berdasarkan informasi (1), (2), (3) dan hasil pemaknaan
(interpretasi) dan penjelasan pada uraian sebelumnya
aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan yang dapat kita temukan.Aspek-aspek
pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah:
1)
Hasil belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan
tugas-praktek kurang baik pada
tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2)
Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terlihat pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
3)
Aspek pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan
penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat
dari tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini
didukung oleh hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 3.1
D. UPAYA OPTIMALISASI PROSES DAN
HASIL BELAJAR
1.
Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar
siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya mengoptimalkan proses pembelajaran.
Ketiganya saling terkait. Proses belajar yang optimal akan mengakibatkan hasil
belajar yang optimal pula. Proses belajar siswa yang optimal merupakan salah
satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal. Berangkat dari informasi
tentang faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor-faktor pendukung
keberhasilan yang dapat kita identifikasi, kita mencari alternatif
pemecahannya.Dari berbagai
alternatif itu kemudian kita pertimbangkan mana yang
paling mungkin untuk dilaksanakan. Alternatif yang kita pilih kita dasarkan
atas kemampuan/kesiapan kita untuk
melaksanakan pilihan itu, kesiapan siswa, ketersediaan
sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.Upaya mengoptimalkan proses dan hasil
belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya mengoptimalkan proses
pembelajaran.Ketiganya saling terkait. Proses belajar yang optimal akan
mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula.Proses belajar siswa yang optimal
merupakan salah satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal pula.
2.
Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar Optimalisasi proses dan hasil belajar
Adalah
upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan
proses dan hasil belajar. Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif
dalam belajar, berani mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam
mengikuti pelajaran, terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah adalah
beberapa indikasi dari proses belajar yang berlangsung optimal. Demikian pula,
bila siswa tuntas dalam belajarnya, terampil melakukan suatu tugas, dan
memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran tertentu; maka siswa yang
demikian telah mencapai hasil belajar yang optimal. Proses dan hasil belajar
yang baik akan diperoleh bilamana proses pembelajaran dapat berlangsung secara
optimal. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar siswa optimal, maka
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai pada tahap
penilaian haruslah dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula.Optimalisasi
proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan atau meniadakan siswa
yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.
3.
Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan kita identifikasi, maka kegiata kita selanjutnya adalah
mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat mengoptimalkan proses dan
hasil belajar siswa.
Kegiatan
tindak lanjut dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi
alternatif berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan. Kita dapat menggunakan analogi kerja dokter dalam mengobati
pasiennya. Semua alternatif solusi yang kita ajukan haruslah mengerah pada
upaya menghilangkan penyebab kegaagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan
belajar siswa. Upaya menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi)
atas kegagalan yang telah kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan
dapat berupa pemantapan atas keberhasilan yang telah kita capai. Contoh:
misalkan telah kita simpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kegagalan
belajar siswa adalah soal-soal pada lembar kerja siswa (LKS) yang sulit di
mengerti siswa. Atas dasar fakor itu, maka kemudian kita ajukan beberapa upaya
perbaikan berupa:
a. Memperbaiki soal-soal yang sulit dipahami
siswa (misalnya kalimat, salah cetak, dsb), atau
b. Menyederhanakan soal.
Dalam
praktek, kita temukan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar.
Penyebab kegagalan mungkin berasal dari strategi pembelajaran yang digunakan,
perangkat pembelajaran, media, struktur rugas, menentukan pengetahuan
prasyarat. Kita perlu memiliki beberapa alasan dan argumen bahwa alternatif
yang kita ajukan secara logis dapat memperbaiki kegagalan itu. Tentu kita juga
memiliki alasan dan argumen bahwa alternatif upaya optmalisasi yang kita ajukan
mempunyai cukup peluang untuk mengkondisikan siswa lebih aktif dalam belajar
dalam kelas, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.Dari pilihan-pilihan
tersebut di atas, selanjutnya perlu kita pertimbangkan mana dari alternatif yang ada paling memungkinkan untuk
dilaksanakan. Sederet pertanyaan perlu kita jawab untuk
memberikan jaminan bahwa pilihan kita (mungkin strategi, metode, struktur
tugas, perangkat yang diperlukan) dapat memperbaiki kegagalan pembelajaran yang telah kita lakukan sebelumnya.
Penyusunan
tabel atau matriks faktor penyebab kegagalan, alternatif yang kita ajukan, dan
kemudian alternatif terpilih, beserta pertimbangan yang kita berikan nampaknya
akan membantu kita dalam mengidentifikasi upaya optimalisasi proses
pembelajaran.
Sebagai
contoh, misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar
yang berhasil kita identifikasi adalah :
(a) kualitas
LKS rendah (tingkat keterbacaan rendah),
(b) media
pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan
(c) Pengelolaan
kelas kurang baik.
Berdasarkan
faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian kita coba memberikan
berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan proses dan hasil
belajar siswa) seperti pada tabel berikut.
Dengan
mengajukan berbagai alternatif upaya optimalisasi proses dan hasil belajar
melalui masing-masing faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam
memilih alternatif mana yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan guru, kondisi
lingkungan, ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu kita
pertimbangkan untuk menetapkan
pilihan. Pilihan itulah yang kita anggap optimal untuk saat itu. Sementara
itu, kehadiran guru lain sebagai teman diskusi akan sangat membantu kita dalam mengotimalkan proses dan hasil belajar sisw
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan.
Untuk memperoleh informasi mengenai
keberhasilan proses belajar siswa, kita dapat menggunakan berbagai cara,
misalnya mengamati keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil
belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu
(1) domain kognitif (pengetahuan atau yang
mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika),
(2)
domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan
kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang
mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan
musikal).
Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar
siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa.
Dalam menilai sendiri keberhasilan pengajaran,
kita membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang telah kita lakukan. Informasi
dimaksud dapat berupa hasil penilaian terhadap proses belajar siswa, hasil
belajar siswa, hasil angket yang kita berikan kepada siswa, atau hasil
wawancara kita dengan siswa.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan
dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri,
tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan secara bersama
(kolaboratif) dengan orang lain yang kompeten, misalnya guru lain yang mengajar
bidang studi yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ampu.
Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita
lakukan harus mendasarkan diri pada hasil identifikasi faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita temukan.
Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan akan kita tindak lanjuti dengan
upaya-upaya memantapkan keberhasilan dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan.
Saran : Jadilah guru pengambil keputusan dan pelaksana keputusan jangan jadi
guru yang kurang mengerti keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. (2003).
Classroom Assessment Enhancing the Quality of Teacher Decision. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates. Anthony, R. J., T. D. Johnson, N. I. Mickelson, A.
Preece. (1991). Evaluating Literacy A Perspective for Change. Portsmouth: Heinenmann.
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. London:
The Falmer Press. Davis, Anne. (2000). Making Classroom Assessment Work.
Courtenay: Connection Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar