Jumat, 06 Desember 2013

REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN



REFLEKSI PROSES DAN HASIL ASESMEN





MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Asesmen Pembelajaran SD
Dosen Pengampu :  Drs. Ali, M.Pd

Disusun Oleh :
Maryanti Nengsih. As                       (1401512003)
Alviona C. D. Dien                            (1401512015)
Ronny Smas                                    (1401512027)
Leja Sopia Kandai                            (1401512031)
Rombel  PPGT
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013























BAB I
 PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
 Dalam melaksanakan pembelajran, selalu saja kita temukan berbagai kelemahan, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar, selalu ada kelemahan disana-sini. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk mengetahui bagian-bagian atau aspek-aspek mana dari pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah. Refleksi sebagai aktivitas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mempunyai rangkaian sub aktivitas. Refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran dimulai dari analisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa, evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah kita lakukan, identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama-sama pihak terkait, merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana cara menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar?
2.    Bagaimana cara melakukan evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan?
3.    Bagaimana mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan?
4.    Bagaimana merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar?
C.      TUJUAN
1.      Untuk dapat menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar siswa;
2.       Untu dapat melakukan evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan;
3.       Untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan bersama pihak-pihak terkait;
4.      Untuk dapat merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar.






BAB II
 PEMBAHASAN
A.      KRITERIA KEBERHASILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
1.    Pengertian Keberhasilan Proses dan Hasil Belajar dan Cara Menganalisisnya
Perlunya dilakukan aseesmen dalalm pembelajaran adalah untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa,, baik selama ataupun setaleh siswa mengikuti pembelajaran tertentu. Untuk memahami pengertian keberhasilan proses belajar, hasil belajar, dan keterkaitan antara proses dan hasil belajar, perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian masing-masing istilah tersebut.
2.    Keberhasilan Proses Belajar
Secara sederhana keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti suatu pembelajaran, keberhasilan proses belajar sisiwa tersebut dapat dilihat melalui pengamatan keaktifan siswa dalam bekerjasama atau wawan cara tentang kesulitan-kesulitanyang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.Selama proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran, apakah siswa kita dapat bekerjasama dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Keberhasilan-keberhasilan siswa merupakan keberhasilan proses belajar. keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan oleh kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil asesmen kita terhadap kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran.Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, kita dapat menggunakan berbagai cara, misalnya mengamati keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan proses belajar siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang aktif, cukup aktif, aktif, sangat aktif adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai kinerja siswa. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana.
3.             Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
Di samping keberhasilan proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat dari keberhasilan hasil belajar yaitu keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.  Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki keterampilan atau kemahiran tertentu.
 Keberhasilan siswa diklasifikasikan kedalam tiga ranah yaitu
1.      domain kognitif
 (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika),
2.      domain afektif
(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3)   domain psikomotor
 (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa.
            Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat mengetahui keberhasilan dari hasil belajar siswa. Sebagai guru, kita dapat menetapkan kriteria apa saja yang masuk akal untuk keberhasilan hasil kinerja. siswa. Tentu saja, kita juga perlu memberikan penjelasan atau alasan mengapa kriteria tersebut kita tetapkan seperti itu. Tingkat keberhasilan seperti: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik; atau kurang terampil, cukup terampil, terampil, sangat terampil adalah contoh tingkatan yang dapat kita gunakan untuk menilai hasil kinerja siswa. Bahkan, tingkat keberhasilan dapat dibuat lebih sederhana, misalnya: menguasai, tidak menguasai atau terampil, tidak terampil. Tentu saja, kita perlu membuat kriteria untuk mengelompokkan setiap siswa ada di tingkat mana ia berada. Untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan siswa secara lebih lengkap (komprehensif), penilaian dari satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Kita dapat mengkombinasikan berbagai cara atau berbagai aspek yang dinilai sebagaimana ada pada bagan berikut.









4.        Analisis Keberhasilan Siswa Berdasarkan tingkat keberhasilan (baik proses maupun hasil belajar) yang kita buat beserta kriterianya sekaligus, kita dapat menetapkan di tingkat mana siswa kita berada. Misalnya bahwa tingkat tingkat keberhasilan siswa adalah : sangat kurang, kurang, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kriteria yang kita tetapkan misalnya sebagai berikut.
      Tingkat ”sangat kurang” jika: skor hasil tes
              siswa < 20,
      tingkat ”kurang”, jika 20 < skor hasil tes siswa < 40,
      tingkat ”cukup”, jika 40 < skor hasil tes siswa < 60,.
      tingkat ”baik”, jika 60 <skor hasil tes siswa < 80,
      tingkat ”sangat baik”, jika skor hasil tes siswa > 80.
      Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek hasil belajarnya) jika skor hasil tes siswa tersebut berada pada tingkat baik.
      Siswa A dengan skor hasil belajar 65 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 55 tidak/belum berhasil.
      Setelah dilakukan pengukuran terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, misalnya kita menetapkan tingkat keberhasilan proses belajar siswa adalah: kurang aktif, cukup aktif, aktif. Dengan skor keaktifan 0 – 100, misalkan kita tetapkan kriteria sebagai berikut.
¢  Tingkat kurang aktif, jika; skor keaktifan siswa < 35,
¢  tingkat cukup aktif, jika 35 < skor keaktifan < 70,
¢  tingkat aktif, jika skor keaktifan siswa > 70.
¢  Kemudian kita tetapkan bahwa siswa dikatakan berhasil (dari aspek proses belajarnya) jika skor keaktivan siswa tersebut berada pada cukup aktif. Siswa C dengan skor keaktifan 40 adalah siswa yang berhasil dan siswa B dengan skor 30 tidak/belum berhasil.
Apakah siswa yang berhasil dari aspek proses belajarnya juga berhasil pada aspek hasil belajarnya. Bagaimana kalau misalnya terjadi sebaliknya, seorang siswa berhasil dalam proses belajar tetapi tidak berhasil pada aspek hasil belajarnya. Atau, seorang siswa yang gagal pada proses belajarnya tetapi berhasil dalam aspek hasil belajarnya. Menurut pendapat Anda, mungkinkah pertanyaanpertanyaan tersebut terjadi? Kalau mungkin, apakah ada yang salah dengan asesmen yang kita lakukan? Ataukah Anda mempunyai penjelasan yang lain tentang kedua kategori keberhasilan ini (keberhasilan proses dan keberhasilan hasil)?
¢  Misalkan kita ingin melakukan analisis terhadap proses dan hasil belajar siswa.
¢  Misalkan kita menggunakan skor hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa di kelas sebagai hasil kinerja siswa (proses belajar).
¢  Kita gunakan skor hasil tes formatif dan skor hasil tugas- praktek untuk menentukan hasil belajar siswa.
¢  Kemudian kita menggabungkan kedua informasi itu untuk memperoleh gambaran keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
¢  Contoh hasil kinerja dan hasil belajar serta gabungan keduanya disajikan dalam tabel-tabel berikut ini.
Keterangan :
      Misalkan skor keaktifan diperoleh dari hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam:
a) mengerjakan tugas/LKS,
b) mengajukan atau menjawab pertanyaan, dan
c) menyimak penjelasan guru teman atau guru.
      Misalkan skor; 1 untuk keaktifan sangat kurang; 2. kurang aktif; 3 cukup aktif; 4 untuk aktif dan 5 untuk sangat aktif.
      Karena pengamatan dilakukan setiap pertemuan dan ada 8 kali pertemuan, maka skor maksimal adalah 8 x 5 = 40, dan skor minimal adalah 8 x 1 = 8.
¢  Kriteria yang digunakan adalah:
¢  ”Sangat aktif” bila: 32 < skor keaktifan siswa ≤ 40
¢  ”Aktif” bila: 24 < skor keaktifan siswa ≤ 32
¢  ”Cukup aktif” bila : 16 < skor keaktifan siswa ≤ 24
¢  ”Kurang aktif bila : skor keaktifan siswa ≤ 16
Keterangan :
      Misalkan skor hasil tes formatif di atas dimaksudkan sebagai hasil penguasaan siswa terhadap topik tertentu yang telah diajarkan oleh guru.
      Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
      Kriteria yang digunakan adalah:
      ”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
      ”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
      ”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
      ”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
      ”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40


Keterangan :
      Misalkan skor hasil tugas dan praktek di atas dimaksudkan sebagai hasil rata-rata dari skor pemenuhan tugas dan skor praktek.
      Misalkan skor maksimal dari tes formatif tersebut adalah 100 dan skor minimal adalah 0.
      Kriteria yang digunakan adalah :
      ”Sangat baik”, bila: 85 < skor tes formatif siswa ≤ 100
      ”Baik”, bila: 70 < skor tes formatif siswa ≤ 85
      ”Cukup baik”, bila: 55 < skor tes formatif siswa ≤ 70
      ”Kurang baik”, bila: 40 < skor tes formatif siswa ≤ 55
      ”Sangat kurang”, bila: skor tes formatif siswa < 40

      Dari hasil penilaian pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil.
      Wayan cukup berhasil dari sisi proses dan hasil belajar. Tantri cukup berhasil dari sisi proses dan berhasil pada sisi hasil belajarnya. Simon kurang berhasil dari proses belajarnya, demikian pula hasil belajarnya.
      Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interpretasi) yang masuk akal.
       Mungkinkah hasil belajar yang kurang dari Simon disebabkan oleh kurang aktifnya Simon selama mengikuti proses pembelajaran Mungkinkah hasil belajar Tantri dapat ditingkatkan (dari baik menjadi sangat baik) dengan jalan meningkatkan keaktifannya di kelas? Atau mungkin ada intepretasi yang lain?



B. Evaluasi-Diri Terhadap Proses Pembelajaran Yang Telah Dilakukan
1. Pengertian dan Pentingnya Evaluasi diri terhadap Proses Pengajaran
Mengetahui sesegera mungkin kelemahan-kelemahan yang kita lakukan dalam melaksanakan pembelajaran merupakan kebutuhan setiap guru dan seyogyanya menjadi sebuah tradisi untuk memperbaiki diri. Bagi kita yang belum terbiasa menilai hasil kerja (pengajaran) kita sendiri mungkin tidak mudah mengetahui kelemahan yang ada. Sekali waktu mungkin ada bantuan orang lain atau bahkan siswa kita sendiri untuk menilai hasil kerja kita itu, namun melatih diri untuk menilai sendiri hasil kerja merupakan upaya yang sangat bijaksana untuk memperoleh perbaikan dari waktu ke waktu
1.   Pengertian Evaluasi Diri Evaluasi diri
Adalah aktivitas menilai sendiri keberhasilan proses pengajaran yang kita lakukan. Sebagai guru, melakukan evaluasi diri merupakan aktivitas yang penting karena dua alasan. Pertama, kita ingin memperbaiki kualitas pengajaran kita. Kedua, kita tidak terlalu berharap banyak pada orang lain (guru lain) untuk mengamati proses pengajaran yang kita lakukan.
Evaluasi diri merupakan bagian penting dalam aktivitas pembelajaran untuk memahami dan memberi makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi akibat adanya pengajaran yang kita lakukan. Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan. Dalam melakukan evaluasi diri, prinsip-prinsip yang hendaknya kita gunakan adalah: kejujuran, kecermatan, dan kesungguhan. dengan mengetahui kelemahan yang kita lakukan, kita dapat memperbaiki diri. Orang bijak bilang, pengalaman adalah guru yang paling baik. Guru yang baik adalah guru yang banyak belajar dari pengalaman. Aktivitas evaluasi diri membutuhkan kesungguhan dankesabaran. Melakukan pencermatan atas informasi yang ada dan kemudian melakukan refleksi dan refleksi lagi jelas membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Dengan membiasakan diri melakukan evaluasi diri, maka akan menjadi tradisi yang baik dalam proses memperbaiki kualitas pengajaran kita.
2.   Melakukan Evaluasi Diri
Dalam menilai sendiri keberhasilan pengajaran, kita membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang telah kita lakukan. Informasi dimaksud dapat berupa hasil penilaian terhadap proses belajar siswa, hasil belajar siswa, hasil angket yang kita berikan kepada siswa, atau hasil wawancara kita dengan siswa. Informasi-informasi berupa hasil pengukuran tersebut di atas selanjutnya perlu dianalisis. Proses analisis dimulai dari menilai hasil-hasil pengukuran (tes atau non tes), kemudian kita tetapkan tingkat keberhasilan dari masing-masing aspek penilaian, menentukan kriteria keberhasilan, dan selanjutnya menetapkan berhasil atau tidaknya aspek-aspek yang dinilai tersebut. Proses selanjutnya adalah memberi makna (pemaknaan) atas hasil analisis yang kita lakukan. Makna yang dapat diperoleh dari kegagalan proses belajar siswa dan makna yang dapat diperoleh dari kegagalan hasil belajar siswa. Langkah selanjutnya adalah memberikan penjelasan mengapa kegagalan itu bisa terjadi. Mengapa siswa-siswa kita memberikan respon negatif atas pelaksanaan pembelajaran yang kita lakukan, mengapa proses belajar siswa berjalan tidak sesuai harapan, demikian pula mengapa hasil belajar siswa justru menurun dari periode sebelumnya, dan lain sebagainya. Selanjutnya kita dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat kita kemukakan dalam bentuk identifikasi faktor-kator penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.Melakukan evaluasi diri terhadap pembelajaran yang kita lakukan tidaklah cukup bila hanya mendasarkan diri pada hasil belajar siswa. Diperlukan informasi lain yang lebih mendalam dan menyeluruh sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi diri. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis, dimaknai, dijelaskan dan kemudian disimpulkan untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan pembelajaran yang kita lakukan
Misalkan kita ingin melakukan evaluasi diri pada pembelajaran yang telah kita lakukan.Dalam mengevaluasi diri, disamping mendasarkan diri pada hasil belajar siswa (proses dan hasil) kita juga perlu melengkapinya dengan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti.Apabila ada pihak-pihak lain yang ikut membantu, pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita lakukan akan semakin melengkapi informasi yang kita perlukan. Tentu saja untuk tujuan pengamatan tersebut harus dipersiapkan terlebih dulu lembar pengamatannya. Pada contoh berikut hanya disajikan cara melakukan evaluasi diri berdasarkan hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang mereka ikuti. Contoh hasil belajar (proses dan hasil), respon siswa, cara memberikan pemaknaan (interpretasi) serta pemberian penjelasannya adalah sebagai berikut.

Dari hasil penilaian pada tabel 7.5, dapat diketahui bahwa rata-rata keaktifan siswa cukup baik. Hasil belajar siswa dari skor tes formatif kurang baik dan hasil belajar dari skor tugas dan praktek cukup baik. Secara umum, hasil belajar siswa masing tergolong kurang baik. Wulan dan Arifin (baik dari proses dan hasil belajar) termasuk siswa yang berhasil. Simon, Yoga, dan Marni tergolong siswa yang selain kurang aktif di kelas, mereka juga mendapatkan hasil belajar yang kurang baik.
Menarik adalah fenomena skor yang diperoleh Rini dan Tantri. Tantri hanya cukup aktif dari sisi proses, namun berhasil pada sisi hasil belajar. Bahkan Rini yang kurang aktif dari proses belajarnya, namun baik pada sisi hasil belajarnya.Dari hasil penilaian itu pula, kita dapat memberikan berbagai pemaknaan (interpretasi) yang masuk akal. Dari informasi pada tabel, dapat dimaknai bahwa walaupun keaktifan siswa sudah cukup baik (aktif), namun hasil belajar siswa, baik dari segi penguasaan materi maupun dari tugas praktek masih belum baik.
Secara umum, juga dapat diketahui, bahwa hasil-hasil belajar siswa yang kurang baik dipengaruhi oleh proses belajar mereka yang kurang baik. Artinya, proses belajar yang kurang baik akan menyebabkan hasil belajar yang kurang baik pula. Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kinerja (proses belajar) siswa. Hasil belajar Rini dan Tantri mungkin dapat didongkrak naik menjadi sangat baik bila keaktifan mereka di kelas (selama mengikuti pembelajaran) dapat ditingkatkan.
Seperti telah diuraikan di atas, untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang kinerja pembelajaran yang kita lakukan, kita memerlukan informasi hasil belajar siswa (proses dan hasil) dan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti.Contoh hasil rekapitulasi respon siswa diuraikan berikut ini.Guru dapat meminta siswa untuk merespon tentang:
1)        sulit/tidaknya memahami perangkat pembelajaran yang ada (Buku Siswa dan LKS) dan  penjelasan guru,
2)        senang/tidaknya selama mengikuti pembelajaran, dan
3)        termotivasi/tidaknya siswa selama mengikuti pembelajaran.
Angket respon siswa dapat disusun sehingga bersifat setengah terbuka, artinya selain memberikan jawaban ya/tidak, siswa dapat memberikan penjelasan mengapa ya atau mengapa menjawab tidak. Dengan memberikan respon secara tertulis, kita dapat mengetahui secara lebih baik mengapa mereka senang atau mengapa mereka tidak senang atas aspek pembelajaran tertentu.Misalkan kita memberikan angket yang berisi 10 butir pertanyaan. Kita meminta setiap siswa untuk memberikan respon mereka terhadap berbagai aspek pembelajaran yang ingin kita ukur melalui 10 pertanyaan tersebut. Misalkan hasil rekapitulasi respon siswa adalah sebagai berikut.
Nomor butir
Jenis respon (%)
Positif
Netral/tak menjawab
Negatif
F
%
F
%
F
%
1
23
76
1
4
6
20
2
10
34
-
-
20
66
3
24
80
-
-
6
20
4
21
70
-
-
9
30
5
16
53
-
-
14
47
6
12
40
-
-
18
60
7
21
70
-
-
9
30
8
28
93
-
-
2
7
9
20
76
-
-
10
34
10
26
86
-
-
4
14
Rerata
21,26
60
0,14
1
8,60
39











Keterangan :
Misalkan butir 1 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap sulit/tidaknya Buku Siswa yang digunakan, butir 2 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap sulit/tidaknya LKS yang digunakan, butir 3 tentang sulit/tidaknya guru menyampaikan materi. Butir 4 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap suka/tidaknya terhadap kerja kelompok yang diberikan, butir 5 tentang suka/tidaknya terhadap bimbingan guru, butir 6 adalah pertanyaan yang meminta respon siswa terhadap suka/tidaknya terhadap suasana belajar di kelas. Sedangkan butir 7, 8, 9, dan 10 tentang termotivasi/tidaknya siswa terhadap berbagai aspek pembelajaran.Tabel 7.6, dapat diketahui bahwa rerata persentase respon positif siswa sebesar 60%, Dapat pula di maknai (interpretasi) bahwa sebanyak 60% siswa memberikan respon baik pada pembelajaran yang telah kita lakukan. Sementara itu, masih banyak siswa (39%) yang merespon kurang baik pada pembelajaran yang telah kita lakukan.Dari tabel 7.6, kita temukan pula bahwa pada butir 2 dan 6, lebih banyak siswa yang memberikan respon negatif dibandingkan dengan yang memberikan respon positif.
Demikian pula, pada butir 5, banyaknya siswa yang memberikan respon positif hampir sama dengan banyaknya siswa yang merespon negatif.Kita dapat mengecek kembali aspek yang ingin kita ungkap dari butir 2, 5 dan 6 tersebut.Kita dapat melacak alasan yang mereka kemukakan terkait dengan respon negatif yang mereka berikan.Kita dapat memaknai bahwa ada yang kurang berhasil dari pembelajaran yang kita lakukan. Empat puluh persen adalah jumlah yang cukup banyak. Oleh karena itu tidak cukup alasan dan sulit diterima untuk mengatakan bahwa pembelajaran kita nilai berhasil. Di samping itu, kita juga dapat memberi makna bahwa ada kegagalan pada aspek tertentu pada pembelajaran kita. Hal ini dapat diDari contoh tsb, kita dapat memberikan berbagai penjelasan sebagai berikut.Secara umum, pembelajaran yang kita lakukan masih belum berhasil. Hal ini terlihat dari rerata hasil belajar yang kurang baik dan respon negatif siswa yang tinggi.Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya perbaikan.cermati dari besarnya respon negatif yang diberikan siswa pada butir 2, 5 dan 6 di atas. Tentu saja, ada aspek-aspek yang sudah berhasil dan ada aspek-aspek tertentu yang belum berhasil. Pada aspek yang sudah baik perlu tetap dipertahankan, bahkan kalau perlu dimantapkan. Sedangkan pada aspek-aspek yang belum baik perlu dicari penyebabnya dan dilakukan upaya untuk memperbaikinya (remidi).Secara umum, ada korelasi positif antara hasil belajar proses dan hasil belajar produk.Karena itu, dengan meningkatkan kualitas kinerja siswa (seperti misalnya peningkatan keaktifan siswa) kita harapkan akan meningkat pula hasil belajar siswa.Dari butir 2, 5, dan 6 pada tabel, nampak bahwa respon negatif siswa terhadap pembelajaran yang kita lakukan masih tinggi. Kita segera mengetahui bahwa siswa banyak yang merasa sulit memahami LKS yang digunakan, merasa tidak suka pada bimbingan yang dilakukan guru, dan tidak suka pula pada suasana belajar dalam kelas itu. Jika perlu kita lacak alasan mereka menolak (memberikan respon negatif) pada butir-butir itu. Hasil pelacakan kita berdasarkan respon-respon itu akan memandu kita pada penemuan aspek-aspek pembelajaran yang masih gagal kita laksanakan dan mengapa kegagalan itu terjadi.Informasi yang dipakai bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi diri, hanya terbatas pada informasi yang berasal dari siswa. Informasi lain yang berasal dari pengamat (mungkin guru serumpun) akan sangat membantu dalam mendapatkan evaluasi diri yang lebih tajam dan menyeluruh.
Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran yang kita lakukan.
Tabel 7.7. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Tanggal :……………………
Kelas :……………………
Pert ke- :……………………
Nama Guru :……………………
Petunjuk :
Berilah tanda check (√) pada tempat yang disediakan sesuai dengan hasil pengamatan Bapak/Ibu. Berikan tanda chek pada kolom kurang bila guru kurang baik dalam melaksanakan komponen terkait, berikan tanda chek pada kolom cukup bila guru cukup baik dalam melaksanakan komponen terkait, demikian pula berikan tanda chek pada kolom baik bila guru baik dalam melaksanakan komponen terkait.


Langkah-langkah evaluasi diri dapat dibagankan sebagai berikut









C. Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan dalam Pembelajaran
 1.  Faktor-faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan yang berhasil kita identifikasi, kita merencanakan upaya-upaya perbaikan (remidi). Dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran, kita akan merencanakan upaya-upaya untuk untuk memantapkan faktor-faktor pendukung keberhasilan itu. Dengan kata lain, upaya-upaya pemantapan yang kita rencanakan perlu didasari faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita simpulkan dari proses evaluasi diri.
2. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan dan Pendukung Keberhasilan
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun. Agar identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akurat, maka informasi yang diperoleh dari penilaian, analisis hasil penilaian, pemaknaan, dan pemberian penjelasan haruslah akurat pula.Dengan kata lain, ketepatan dalam mengidentifikasi faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan ditentukan oleh ketepatan kita dalam melaksanakan proses evaluasi diri sebelumnya.Proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan oleh diri sendiri memiliki berbagai keterbatasan.Keterbatasan dimaksud antara lain adalah kurang cermat dalam menganalisa hasil penilaian,kurang tepat memaknai dan menjelaskan hasil-hasil penilaian itu.Oleh karena itu, kehadiran orang lain yang paham tentang pembelajaran akan sangat membantu dalam proses identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor pendukung keberhasilan tersebut. Kehadiran pihak-pihak terkait, termasuk guru lain yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ajarkan, misalnya, akan sangat membantu dalam menemukan berbagai kegagalan dan juga keberhasilan yang telah kita lakukan.Kita memerlukan guru lain untuk mencermati proses pembelajaran yang kita lakukan, mendiskusikannya, menemukan makna dan menjelaskannya. Termasuk didalamnya menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan.Misalkan kita ingin mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan berdasarkan informasi yang kita peroleh dari: (1) hasil belajar siswa (proses dan hasil), seperti pada Tabel 7.1, (2) respon siswa, seperti pada Tabel 7.2, dan (3) hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran, seperti pada Tabel 7.8 berikut.

Berdasarkan informasi (1), (2), (3) dan hasil pemaknaan (interpretasi) dan penjelasan pada uraian sebelumnya aspek-aspek kegagalan dan keberhasilan yang dapat kita temukan.Aspek-aspek pembelajaran yang gagal dilaksanakan dengan baik adalah:
1) Hasil belajar siswa masih kurang baik, terlihat dari rerata skor tes dan tugas-praktek kurang baik pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
2) Masih banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, terlihat pada tabel 2.1 pada uraian subunit 7.2.
3) Aspek pembelajaran tertentu (keterbacaan LKS, pemberian bimbingan belajar, dan penciptaan suasana belajar yang kondusif) masih gagal dilaksanakan, terlihat dari tingginya respon negatif pada butir 2,5, dan 6 pada tabel 2.2. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada tabel 3.1


D. UPAYA OPTIMALISASI PROSES DAN HASIL BELAJAR
1. Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
 Upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya mengoptimalkan proses pembelajaran. Ketiganya saling terkait. Proses belajar yang optimal akan mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula. Proses belajar siswa yang optimal merupakan salah satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal. Berangkat dari informasi tentang faktor-faktor penyebab kegagalan dan faktor-faktor pendukung keberhasilan yang dapat kita identifikasi, kita mencari alternatif pemecahannya.Dari berbagai alternatif itu kemudian kita pertimbangkan mana yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Alternatif yang kita pilih kita dasarkan atas kemampuan/kesiapan kita untuk melaksanakan pilihan itu, kesiapan siswa, ketersediaan sarana.dan prasarana, dan lain sebagainya.Upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya mengoptimalkan proses pembelajaran.Ketiganya saling terkait. Proses belajar yang optimal akan mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula.Proses belajar siswa yang optimal merupakan salah satu indikasi dari proses pembelajaran yang optimal pula.
2. Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar Optimalisasi proses dan hasil belajar
Adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran, terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses belajar yang berlangsung optimal. Demikian pula, bila siswa tuntas dalam belajarnya, terampil melakukan suatu tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran tertentu; maka siswa yang demikian telah mencapai hasil belajar yang optimal. Proses dan hasil belajar yang baik akan diperoleh bilamana proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar siswa optimal, maka mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai pada tahap penilaian haruslah dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula.Optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan atau meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.



3. Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses dan Hasil Belajar
 Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi, maka kegiata kita selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa.
Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Kita dapat menggunakan analogi kerja dokter dalam mengobati pasiennya. Semua alternatif solusi yang kita ajukan haruslah mengerah pada upaya menghilangkan penyebab kegaagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan belajar siswa. Upaya menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan dapat berupa pemantapan atas keberhasilan yang telah kita capai. Contoh: misalkan telah kita simpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kegagalan belajar siswa adalah soal-soal pada lembar kerja siswa (LKS) yang sulit di mengerti siswa. Atas dasar fakor itu, maka kemudian kita ajukan beberapa upaya perbaikan berupa:
 a. Memperbaiki soal-soal yang sulit dipahami siswa (misalnya kalimat, salah cetak, dsb), atau
 b. Menyederhanakan soal.
Dalam praktek, kita temukan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar. Penyebab kegagalan mungkin berasal dari strategi pembelajaran yang digunakan, perangkat pembelajaran, media, struktur rugas, menentukan pengetahuan prasyarat. Kita perlu memiliki beberapa alasan dan argumen bahwa alternatif yang kita ajukan secara logis dapat memperbaiki kegagalan itu. Tentu kita juga memiliki alasan dan argumen bahwa alternatif upaya optmalisasi yang kita ajukan mempunyai cukup peluang untuk mengkondisikan siswa lebih aktif dalam belajar dalam kelas, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.Dari pilihan-pilihan tersebut di atas, selanjutnya perlu kita pertimbangkan mana dari alternatif yang ada paling memungkinkan untuk dilaksanakan. Sederet pertanyaan perlu kita jawab untuk memberikan jaminan bahwa pilihan kita (mungkin strategi, metode, struktur tugas, perangkat yang diperlukan) dapat memperbaiki kegagalan pembelajaran yang telah kita lakukan sebelumnya. Penyusunan tabel atau matriks faktor penyebab kegagalan, alternatif yang kita ajukan, dan kemudian alternatif terpilih, beserta pertimbangan yang kita berikan nampaknya akan membantu kita dalam mengidentifikasi upaya optimalisasi proses pembelajaran.
Sebagai contoh, misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar yang berhasil kita identifikasi adalah :
(a)    kualitas LKS rendah (tingkat keterbacaan rendah),
(b)   media pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan
(c)    Pengelolaan kelas kurang baik.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian kita coba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa) seperti pada tabel berikut.

Dengan mengajukan berbagai alternatif upaya optimalisasi proses dan hasil belajar melalui masing-masing faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam memilih alternatif mana yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan guru, kondisi lingkungan, ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu kita pertimbangkan untuk menetapkan pilihan. Pilihan itulah yang kita anggap optimal untuk saat itu. Sementara itu, kehadiran guru lain sebagai teman diskusi akan sangat membantu kita dalam mengotimalkan proses dan hasil belajar sisw















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.
 Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, kita dapat menggunakan berbagai cara, misalnya mengamati keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu
 (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika),
(2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
 (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
 Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui keberhasilan dari hasil belajar siswa.
 Dalam menilai sendiri keberhasilan pengajaran, kita membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang telah kita lakukan. Informasi dimaksud dapat berupa hasil penilaian terhadap proses belajar siswa, hasil belajar siswa, hasil angket yang kita berikan kepada siswa, atau hasil wawancara kita dengan siswa.
 Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan tajam bilamana dikerjakan secara bersama (kolaboratif) dengan orang lain yang kompeten, misalnya guru lain yang mengajar bidang studi yang serumpun dengan mata pelajaran yang kita ampu.
 Upaya-upaya optimalisasi yang dapat kita lakukan harus mendasarkan diri pada hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang kita temukan.
 Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akan kita tindak lanjuti dengan upaya-upaya memantapkan keberhasilan dan upaya-upaya memperbaiki kegagalan. Saran : Jadilah guru pengambil keputusan dan pelaksana keputusan jangan jadi guru yang kurang mengerti keputusan



















DAFTAR PUSTAKA
 Anderson, L.W. (2003). Classroom Assessment Enhancing the Quality of Teacher Decision. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. Anthony, R. J., T. D. Johnson, N. I. Mickelson, A. Preece. (1991). Evaluating Literacy A Perspective for Change. Portsmouth: Heinenmann. Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. London: The Falmer Press. Davis, Anne. (2000). Making Classroom Assessment Work. Courtenay: Connection  Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar